Kamis, 06 Januari 2011

Ketika ibu masih mengandung, anak yang dikandungnya menendang-nendang perutnya ibu beranjak bahagia dan senang betapa sehatnya anak yg dikandungnya meski sebenarnya yang ia rasakan rasa sakit. Sakit diterjemahkannya jadi bahagia.
Ketika anaknya lahir tak seorang pun ibu menginginkan anaknya cacat, berharap lahir dengan sempurna.
Ketika anaknya masih kecil ibu selalu merawatnya dan tidak ada seorang ibu menginginkan anaknya tidak berhasil,slalu berusaha apa yg membuat anaknya bahagia dan senang meskipun sesekali anaknya membantah. Kelelahan diterjemahkannya jadi motivasi.
Ibu rela tidur tanpa selimut demi anak-anaknya tidur nyenyak dan menjaga nyamuk nakal. Meski dia merasa kedinginan dan berkata “tidurlah nak Ibu tidak kedinginan.”
Ketika mau makan yang ada hanya sepotong ikan yang tersisa, ibu berkata “ makanlah nak nanti ibu masak lagi”,padahal setelah anaknya beranjak pergi ibu makan tanpa ikan hanya garam dan air putih mengiringi nasinya sampai perut. Lantas anaknya bertanya “ ibu kok hanya makan itu”???. Ibu lagi gak selera makan ikan nak,padahal dia hanya khawatir nafsu makan anaknya berkurang tanpa sepotong ikan.
Ketika anaknya beranjak Sekolah Dasar ibu tidak pernah absen bangun pagi, menyiapkan serapan,sepatu,baju ,tas yang akan dibawa anaknya dan menyisihkan didalamnya secuap nasi dan minuman,tangannya menyelipkan uang jajan dikantong meskipun sekali-sekali si anak protes terlalu sedikit uang jajan, tapi ibu mengajarkan bagaimana menggunakan uang seperluanya.
Ketika tahun baru tiba ibu tidak mau ketinggalan dengan teman-temannya membelikan baju tahun baru buat anaknya,ibu pun mengajak anaknya belanja karna ibu sudah tau anakku kan protes kalau tidak punya baju baru, setelah habis belanja si anak bertanya “ Ibu gak beli juga ?” ”tidak nak, baju ibu kan masih bagus nih”meskipun lengan baju yang di pakainya sudah mulai sobek karna baju yg dipakaimya sudah hampir 3 tahun yg setiap saat dipakainya baik ke pesta adat ataupun acara resmi.
Malam hari ketika si anak tidak bisa tidur, ibu tidak mau tidur lebih dulu, dengan membacakan dongeng lucu agar agar si anak cepat tidur dia kawatir anaknya ngantuk besok di sekolah, tanpa dipikirkannya besok subuh dia harus memasakkan nasi untuk keluarganya, paginya jualan ke pasar, siangnya ke sawah,dan sorenya mencuci baju anak dan si bapak.
Ketika ibu pergi ke pesta ibu slalu membawa nasinya pulang ke rumah tanpa harus makan di pesta, khawatir anaknya belum makan. Ia hanya makan nasi yang ada dirumah dengan sepotong ikan asin dan air putih. Si anak bertanya “kenapa ibu gak makan di pesta”? “ ibu kan tidak biasa makan diuar lagian nasi kita jg lebih enak ko”. Padahal dalam hati dia bekata “ biarlah anakku sekali-sekali makan daging dan menu yang enak agar cepat tumbuh besar”. Tanpa ibu berpikir berapa energi yang di keluarkannya setiap hari hanya untuk anak-anaknya dan keluarganya.
“Ketika aku haus, ketika aku lapar, ketika aku sakit, ketika aku menderita kau alirkan darahmu kemulutku bersama hangat yang kau tawarkan dan iklas yang kau suguhkan. Tak ada wanita yang bisa menggantimu baik istri,pacar,dan sahabat-sahabat yang lain. Kau adalah kau. Ibu adalah ibu. Pahlawan dalam hidupku senjata yang tak pernah kehabisan peluru dalam memerangi pahitnya hidup”.

Setelah anaknya beranjak besar dan masuk ke perguruan tinggi ibu merasa bahagia dan tertawa ketika anaknya beranjak pergi meninggalkan rumah untuk mencari ilmu di negeri seberang dengan membawa begitu banyak uang tanpa berharap uang itu kembali hanya sedikit harapan anaknya bisa berhasil,setelah sianak pergi ibu pergi ke sudut-sudut kamar dan menangis betapa beratnya ia melepas anaknya,hanya saja dia kawatir bila menangis di depan anaknya,anaknya ikut juga menangis. Namun dia sedikit lega karna dia sudah sedikit berhasil medidik anaknya. Ibu rela menderita demi anaknya meskipun kita tidak pernah merasakan apa yang dirasaknnya.
Sehari setelah kepergian anaknya bagaikan sebulan, itulah yang dirasakan,ibu hanya menghitung kalender dan melihat tanggal kedatangan anaknya. Setelah anaknya libur dan pulang ke rumah, ibu sibuk menyiapkan menu makanan guna menyambut anaknya, dan merasa dialah koki yg paling hebat buat anaknya. Karna ibu merasa tidak ada yang memasakkan nasi untuk anaknya di negeri sana. Malamnya dia asik bercerita dengan si anak apa yang dialaminya selama kuliah,jarum jam tidak bisa diajak kompromi hingga menunjukkan pukul 03.00 wib. Tanpa dipikirkannya dia harus bangun jam 5 pagi memasak kue dan berjalan dari desa ke desa bagi siapa saja yang mau mencicipinya guna mengharapkan imbalannya., dia juga harus ke sawah karna padi yang di tanamnya sebentar lagi panen.
Liburan pun usai,anaknya harus bergegas lagi meniggalkan ibunya. Sang ibu sibuk ke tetangga sebelah minjam uang untuk biaya kuliah dan makan anaknya. Ibu melakukannya diam-diam tanpa sepengetahuan anaknya. Waktu pun berjalan terus dengan kegigihan ibu dan penuh semangat sang anakpun berhasil dan di wisuda.
Ibu berharap anaknya dapat kerjaan, setelah anaknya bekerja ibu tidak pernah mengharapkan imbalan atas pengorbanannya slama ini,tidak juga mengharapkan kiriman tiap bulan datang dari anak-anaknya seperti yang dia lakukan sebelumnya terhadap anaknya, hanya saja dia berharap anaknya tahu bersyukur dan mengerti akan karunia dan berkat yang Tuhan berikan.
Setelah anaknya berhasil ibu juga harus merelakan anak perempuannya untuk dilamar orang. Ibu tidak pernah ikut campur dalam memilih jodoh putrinya, karna ibu tau laki-laki yang akan hadir dalam keluarga mereka akan selalu menjaga purtinya seperti ayah menjaganya. Ibu sangat bahagia melepas putrinya pergi bersama menantunya walaupun dia merasa sedih tapi memang itulah perjalanan hidup seorang anak karna ibu juga demikian meninggalkan ibunya.
Ibu selalu membiarkan kita menang dalam permainan waktu kecil,setelah kita dewasa kadang-kadang kita tidak membiarkan ibu menang dalam memilih jalan kita.
Bagaimana dengan kita…..???
Coba kita lihat saat ibu sedang tidur nyenyak, renungkan sejenak jika ibu tidak membuka matanya lagi untuk selamanya..???
Bagaimana jika ibu sedang sakit di kampung atau di rumah..???suatu saat dia tidak lagi sanggup menahan sakit sehingga dia memilih untuk beristirahat di pangkuan Bapa di Sorga..???
Mungkin selama ini ibu slalu melarang kita mau pergi jalan-jalan, marah, nelpon setiap saat jika kita pergi sama teman-teman, sehingga kita anggap ibu hanya sebagai alarm mengingatkan kita setiap saat. marah saat kita memilih untuk menonton televisi daripada belajar, kita bilang ibu galak,cerewet,judes dan lain sebagainya. Padahal jika Ibu marah punya banyak alasan yang terselubung yang mungkin tidak kita ketahui atupun kita tidak bisa menerjemahkannya.
Renungkan sejenak, tiba-tiba suara ibu tidak lagi terdengar di muka bumi ini…????tidak ada lagi suara yang setiap harinya melintas dari kuping kita meski dengan nada yg sama. Tidak ada lagi puisi-puisi dan doa yang setiap saat diucapkannya buat anaknya. Bayangkan jika keheningan itu terjadi.
Tidak tau dari malaikat mana dan langit keberapa kesabaran ibu diturunkan,juga dari bidadari mana kecantikannya,juga dari gudang mana ibu tidak pernah kehabisan senjata saat dia bergelut dan bergumul dalam kesusahan,juga dari profesor mana ke pintarannya. Tapi itu semua berkat Tuhan.
Meski tlah kutulisakan sejuta sajak untuk Ibu takkan mampu membandingi cinta dan pengorbanannya, Ibu tempat pelabuhan baktiku, Bukankah wajah ibu yg menua yg penuh gurat-gurat kelelahan bukti kesetiaannya menjaga kita dan merayu waktu agar bersahabat dengan kita. Keriput di jari dan lengannya yg mulai melemah tandanya ibu tidak pernah melepaskan genggaman cintanya saat kita merasa dingin bergaul dengan dunia,

Bibirnya mulai mengering dan menghitam. Karena tak henti mengalirkan doa untuk anaknya, Setiap pagi, siang dan malam masih ingin singgah, Selama berpuluh-puluh tahun usia anaknya bahkan sampai dia lelah dan memilih untuk ber istirahat di pangkuan bapa di Sorga.
Jika seorang Ibu menangisi hatinya untukmu, dan semuanya karena dirimu, inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya.
Hanya kamu yang tahu jawabannya. Pertimbangkanlah, karena suatu hari nanti mungkin akan terlambat untuk menyesal. Mungkin akan terlambat untuk bilang ‘MAAF’!!

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger